Aksi freestyle motor yang dilakukan secara ugal-ugalan kini makin marak terjadi di berbagai jalanan Kota Makassar.
Tak hanya meresahkan, aksi ini juga membahayakan pengguna jalan lainnya. Baru-baru ini, enam remaja diamankan polisi saat sedang melakukan konvoi malam.
Tindakan mereka yang nekat dan berulang kali memamerkan aksi berbahaya demi konten media sosial menunjukkan adanya tren negatif yang perlu segera ditangani secara serius.
Freestyle Motor Jadi Gaya Hidup Baru?
Di era digital ini, tren freestyle motor tampaknya mulai digemari sejumlah remaja sebagai bentuk ekspresi diri sekaligus pencarian popularitas. Di Makassar, aksi ini menjadi semacam gaya hidup baru, terutama bagi kelompok-kelompok motor yang ingin menunjukkan eksistensi mereka di media sosial.
Video berdurasi singkat yang memperlihatkan aksi berdiri di atas motor, wheelie, hingga drift liar, seringkali diunggah tanpa memedulikan risiko kecelakaan ataupun keselamatan pengguna jalan lainnya.
Sayangnya, yang menjadi sorotan bukanlah keahlian atau keterampilan mengendarai motor, melainkan gaya ugal-ugalan dan ketidaktertiban yang mendominasi. Remaja pelaku aksi ini biasanya tidak mengenakan helm, tidak membawa surat kendaraan, dan mengabaikan rambu lalu lintas.
Penangkapan 6 Remaja di Makassar
Pada Minggu dini hari, 15 Juni 2025, aparat Polrestabes Makassar menggelar patroli rutin di perbatasan Kecamatan Manggala dan Panakkukang. Hasilnya, enam remaja diamankan bersama tiga unit motor yang mereka gunakan untuk konvoi dan freestyle di Jalan Batua Raya.
Keenam remaja tersebut diketahui tidak mengenakan helm serta membawa kendaraan yang tidak memenuhi standar keselamatan. Kasat Samapta Polrestabes Makassar, Kompol Joko Pamungkas, menyatakan bahwa dari hasil pemeriksaan, keenam remaja itu terbukti sering membuat konten freestyle motor di media sosial.
Mereka mengunggah video dengan tujuan mempromosikan kelompok motornya sekaligus membanggakan diri agar mendapat pengakuan dari kelompok lain.
“Dia mengupload ini untuk membanggakan dirinya dan juga promosi terhadap timnya. Agar tim-tim lain bisa mengikuti dia dan juga ada kesan untuk rolling di tiap malam di Makassar,” ujar Joko.
Lebih lanjut, Joko menegaskan bahwa aksi semacam ini bukan sekadar pelanggaran lalu lintas, tetapi sudah masuk ke ranah tindakan membahayakan yang bisa menyebabkan kecelakaan fatal. Untuk proses lebih lanjut, para remaja dan motornya diserahkan ke Satuan Lalu Lintas guna diproses secara hukum.
Baca Juga:
Motif di Balik Aksi Ugal-Ugalan
Banyak faktor yang memicu remaja melakukan aksi freestyle berbahaya. Salah satu pemicunya adalah keinginan mendapatkan perhatian dan validasi di dunia maya. Platform seperti TikTok, Instagram, hingga YouTube menjadi tempat mereka “unjuk gigi”, seolah mendapat status sosial baru hanya karena aksi ekstrem yang viral.
Faktor lingkungan pun turut berperan. Dalam beberapa kasus, para remaja ini tergabung dalam komunitas motor tidak resmi yang lebih menekankan adrenalin dan gengsi ketimbang keselamatan dan aturan. Sayangnya, tanpa pengawasan orang tua serta minimnya edukasi lalu lintas, remaja-remaja ini semakin larut dalam tren yang membahayakan.
Tak jarang pula aksi-aksi tersebut dilakukan secara berjamaah dalam bentuk “rolling thunder” atau konvoi besar. Konvoi ini selain mengganggu lalu lintas, juga berpotensi memicu konflik antarkelompok motor yang merasa tersaingi atau terpancing aksi balasan.
Solusi dan Peran Semua Pihak
Maraknya aksi freestyle ugal-ugalan membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak. Polisi sebagai penegak hukum harus konsisten dalam patroli dan razia, terutama di titik-titik rawan yang sering dijadikan ajang unjuk kebolehan. Selain itu, pendekatan persuasif seperti pembinaan dan penyuluhan di sekolah maupun komunitas motor perlu digencarkan agar para remaja memahami bahaya dari tindakan mereka.
Orang tua juga memiliki peran sentral. Kontrol terhadap aktivitas anak, terutama saat malam hari, bisa mencegah mereka terlibat dalam aksi-aksi membahayakan. Pemantauan terhadap penggunaan media sosial anak pun menjadi penting agar mereka tidak terjebak dalam tren negatif demi “likes” dan komentar pujian.
Sementara itu, pemerintah daerah bisa menginisiasi fasilitas atau area khusus untuk kegiatan otomotif yang lebih aman dan terkontrol. Dengan wadah yang sesuai, minat para remaja dalam dunia motor bisa disalurkan secara positif tanpa mengganggu ketertiban umum.
Kesimpulan
Fenomena aksi freestyle motor ugal-ugalan di Makassar bukan sekadar persoalan lalu lintas, melainkan sinyal bahwa ada krisis pembinaan dan kontrol sosial di kalangan remaja. Penangkapan enam remaja oleh pihak kepolisian menjadi pengingat bahwa tindakan nekat di jalan raya bisa berujung fatal.
Edukasi, pengawasan, serta penegakan hukum harus berjalan beriringan demi keselamatan bersama. Jalan raya bukan arena unjuk keberanian, melainkan ruang bersama yang harus dijaga demi kebaikan semua. Simak dan ikuti terus Info Kejadian Makassar agar Anda tidak ketinggalan informasi menarik lainnya yang terupdate setiap hari.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar dari www.detik.com